Los Pasar Dibangun Sebelum Kemerdekaan, Masih Berfungsi hingga Sekarang

By Redaksi 04 Mar 2020, 17:35:08 WIBFeature

Los Pasar Dibangun Sebelum Kemerdekaan, Masih Berfungsi hingga Sekarang

Keterangan Gambar :


BUNGO, WARTALINTAS.ID- Kondisi pasar sepi. Hanya ada empat los pasar berdiri. Tidak ada aktivitas jual beli di sana. Satu di antara los itu agak berbeda. Yang lain tiang-tiang penyanggah bangunannya terbuat dari semen, namun yang satunya itu dari kayu.

Siapa sangka, los bertiang kayu itu ternyata dibangun pada zaman kolonial Belanda. Konon, tempat itu dulu dimanfaatkan sebagai pusat perbelanjaan di Dusun Rantau Keloyang, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi pada masanya.

Menurut penuturan masyarakat setempat, dulu masyarakat menjual hasil bumi di sana. Belum tahu pasti tahun berapa los itu dibangun.

"Los pasar dibangun zaman Belanda (tiang kayu). Tempat persinggahan perdagangan," sebut H Syafrial, tokoh masyarakat setempat. 


Los itu memiliki 10 tiang kayu berukuran sekitar 30 cm. Tiang-tiangnya dicat berwarna  merah-putih. Setiap sambungan kayu tidak dipaku, tapi menggunakan pasak kayu. 

"Kalau tiang-tiang kayunya masih asli. Hanya atapnya saja yang diganti. Lantainya juga sudah dikeramik," kata Syafrial.

Dia mengatakan, los itu kini masih digunakan untuk aktivitas jual beli. Tapi hanya untuk berjualan pakaian saja. 

"Kalau jualan sayuran dan ikan di los yang di sebelahnya," kata Syafrial yang juga menjabat Kasi Pemerintahan Dusun Rantau Keloyang.

Dahulunya, kata Syafrial, jalan di dekat pasar itu adalah Jalan Lintas Sumatera. Jadi pasar itu tempat persinggahan perdagangan. Sekarang, jalur jalan lintas itu sudah dipindahkan ke jalan Lintas Sumatera yang sekarang.

"Kalau tidak salah pindahnya (jalan lintas) pada tahun 1983," katanya.

Selain itu,  Eli, warga setempat mengatakan, pasar itu ramainya pada hari tertentu saja. Saking ramainya, jalan dekat pasar tidak bisa dilalui kendaraan. Mobil dan motor terpaksa memutar melewati jalan lain dekat masjid.

"Kalau hari pasarnya hari Selasa. Pasar mulai ramai  jam setengah enam sampai jam satu siang," kata Eli.

Dikatakannya, orang- orang berjualan dan berbelanja di pasar itu bukan warga Dusun Rantau Keloyang saja, tapi datang dari luar seperti Dusun Baru, Balai Jaya, Rantau Asam, Dwi Karya Bhakti, Sungai Beringin, dan dusun lainnya.

"Selain penduduk asli, banyak pendatang juga yang menetap di PT2 terdekat," jelasnya.

Bangunan los berusia satu abad di Dusun Rantau Keloyang itu memang harus dilestarikan. Hal itu sebagai bukti bahwa di sana ada pusat perdagangan dari zaman Belanda hingga sekarang yang masih difungsikan untuk transaksi jual beli.

(Iwan Syofriadi)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook