Mengenang M. Nasir, Pejuang Bungo yang Pernah Mengawal Bung Karno

By Redaksi 16 Agu 2022, 16:25:40 WIBFeature

Mengenang M. Nasir, Pejuang Bungo yang Pernah Mengawal Bung Karno

Keterangan Gambar : M. Nasir, Pejuang Kabupaten Bungo


Bungo, wartalintas.id- Seorang laki-laki berbaju kaos putih, memakai topi bundar becorak loreng tiba-tiba saja muncul dari samping rumah. Ia melihat siapa yang bertamu setelah seorang perempuan mengabarkan kepadanya bahwa ada yang mencarinya.

'Dari mana dan ada keperluan apa, ya?" tanya lelaki itu kepada wartalintas.id.

Mendengar pertanyaan itu sudah dijawab, ia pun membawa tamunya menuju ruangan yang pintunya sudah terbuka dari tadi. Sebuah ruangan yang menempel di samping kiri rumah. Kelihatannya bukan ruangan tamu, tetapi ruangan khusus.

 Di sudut pintu masuk ada bendera merah-putih, diikat ke tiang setinggi 2 meter.   Poster Bung Karno tertempel di dinding. Di bagian dinding lainnya tergantung beberapa piagam penghargaan.

 Ada satu meja petak dan tiga kursi di sana. Satu kursi di belakang meja, dua kursi lagi di depannya.   Di atas meja itu terpampang sebuah foto beberapa orang berdiri memakai baju seragam. Selain foto yang berbingkai hitam itu, ada pula tumpukan kertas, baik di dalam map, maupun tersusun rapi di dalam tas bening.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya lelaki itu usai mempersilakan tamunya duduk.

Wartawan wartalintas.id menjelaskan ihwal kedatangannya. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama. Selang beberapa menit, ia mulai bercerita.

 Dulu, Ayahnya, M Nasir, pernah berperang  mengusir penjajahan di Kabupaten Bungo. Waktu itu, M. Nasir dan pejuang lainnya bertempur  di Babeko. Dalam pertempuran itu, ada pejuang yang gugur. M Nasir selamat, hanya kakinya terkena tembak. 

Untuk mengenang para pahlawan dan mengingat bahwa ada pertempuran di Babeko, dibangunlah tugu perjuangan. Tugu itu berbentuk patung sang pejuang yang dibangun di sana, tepatnya di simpang jalan menuju Kabupaten Tebo dan dusun Babeko.

"Ada bekas tembak dibagian kakinya,"kata Ir. Davin M. Nasir, anak M Nasir, Kamis,11 Agustus 2022.

Pernah juga, kata Davin, ayahnya bejalan kaki memikul beras dari Rantau Panjang untuk di bawa ke Bungo. Beras pada saat itu susah didapat.

"Kalau tidak diantar, mati orang bungo kelaparan," ujarnya.

Bukan itu saja perjuangan M. Nasir untuk kemerdekaan ini, ia salah seorang anggota pasukan berani mati.

"Ayah saya pernah mengawal Bung Karno di Bengkulu. Beliau menjadi pasukan berani matinya Bung Karno," ceritanya.

M. Nasir juga masuk sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). TKR ini adalah sebuah nama tingkatan perang pertama yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia.

"Orang  tua saya itu masuk tetara di metro Lampung, dan pernah diangkat menjadi Koramil. Beliau yang membuka hutan Rimbo Bujang sampai ke Pulau Temiang saat menjabat sebagai Koramil," katanya.

Sebagai seorang pejuang, M. Nasir lahir 10 Maret 1931 ini berkeinginan sekali benda-benda bersejarah dari pejuang Bungo yang dititipkan di Museum Jambi untuk diambil kembali. Apalagi Bungo sudah memiliki Museum Juang yang di bangun pada 17 Januari 2018.

"Tujuannya biar generasi muda mengetahui bahwa Bungo ini ada pejuang merebut kemerdekaan. Itu amanah bapak (Mengambil kembali benda bersejarah). kata Davin dengan suara tertahan menahan kesedihan.

Benda bersejarah yang dititipkan di Museum Jambi itu ada dua tahap. Tahap pertama yakni, dokumen asli perjuangan, dokumen (buku) foto kopi, senapan kecepet, sten gun, vayonet jepang, tombak asli, pedang asli, keris asli, rencong asli, tombak duplikat, pedang duplikat. 

Kemudian Samurai duplikat, doto-foto masa perjuangan, tempat senjata, duplikat baju seragam perang, baju pejuang wanita, kain panjang wanita, stagen, selendang,  lambang merah putih, peci hitam tentara, ikat pinggang, kopelriem, sepatu Lars, sepatu tentara, tanda pangkat, dan manekin ( patung plastik). 

Tahap kedua yakni, numerator URIP (alat penomori uang URIP), dokumen URIP, dokumen (berupa buku), Uang URIP Rp 50,-, dan foto kopi uang URIP.

M Nasir meninggal dunia pada tahun 2017 di usia 88 tahun. Jasadnya dimakamkan di Makam Pahlawan Satria Negara Kabupaten Bungo.

Penghargaan pensiunan diangkat menjadi Mayor dan Ketua Lagiun veteran Republik Indonesia  (LVRI) Bungo-Tebo. Tanda jasa dan penghargaannya adalah Sawindu, St. Lancana, Aksi Militer I, Aksi Militer II, Golongan IV, Golongan V, St. Lancana Bakti dan Sapta Marga. (Iwan Syofriadi)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook