Setiap Anggota Menabung Seribu Sehari, Uangnya Diserahkan ke Orang Tak Mampu

By Redaksi 03 Apr 2018, 12:52:08 WIBFeature

Setiap Anggota Menabung Seribu  Sehari, Uangnya Diserahkan ke Orang Tak Mampu

Keterangan Gambar : Pengurus dan anggota S3 Bungo membantu biaya kepulangan pak eman dan anaknya ke Pulau Jawa


Bersedekah tidak perlu harus menunggu banyak uang atau memiliki harta  melimpah. Yang terpenting itu adalah niat ikhlas dan keinginan yang kuat membatu orang-orang yang membutuhkan .

BUNGO.WARTALINTAS.COM- Komunitas yang satu ini memiliki rasa empati yang kuat. Pengurus dan anggotanya bersama-sama membatu orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.

“Sedekah Seribu Sehari “ dimikian nama komunitas itu. Namun, banyak yang mengenalinya dengan sebutan S3, singkatan dari namanya.

 Setiap anggota menyisihkan uang per harinya  minimal seribu rupiah. Nanti, diakhir bulan, uang yang disimpan itu diserahkan kepada Bendahara.  Bisa dikirim via  rekning, dan  bisa juga serahkan ke rumah pengurus. Jika tidak sempat, pengurus yang menjemput ke rumah anggotanya.

Sudah banyak yang dibantu dengan hasil tabungan itu, membantu biaya pengobatan Nurmis berusia sekitar 60 tahun. Penyakit tumor lidah yang mulai mengganas, dokter di rumah sakit umum di Kabupaten Bungo, Jambi menyarakan Nurnis untuk dirujuk ke salah satu rumah sakit di Padang, Sumatera Barat.

Kemudian Membantu pengobatan Erna, mengidap kanker payu dara. Membiayai pendidikan anak kurang mampu, bagi-bagi sembako dan nasi bungkus korban banjir, bedah rumah, menggelar sunatan massal gratis untuk anak-anak yatim, dan bantuan lainnya.

 “Kita bergabung untuk menjalankan proyek akhirat,  tidak ada komisi ataupun fee yang diterima. Kita pekerja keras,  bekerja sama untuk mewujudkan proyek-proyek langit ini,” kata Linda Yandriani, koordinator S3 Kabupaten Bungo.

Komunitas yang satu ini memang istimewa, karena berisikan orang-orang yang saling bersinergi melalui suatu kegiatan berpahala, yaitu Sedekah. Sebuah komunitas yang berkecimpung di dunia sosial melalui kegiatan sedekah. Selain menjadi identitas, nama komunitas ini juga menjadi sebuah penjelasan dari kegiatan yang dilakukan mereka, yaitu mengurus, mengelola, dan menyalurkan sedekah-sedekah harian.

Untuk memberikan bantuan, mereka mencari siapa yang pantas untuk dibantu. Bila mendengar informasi dari orang lain ada yang butuh bantuan, pengurus meninjau terlebih dahulu apakah masuk kreteria atau tidak. Yang dibantu itu betul-betul orang yang tidak mampu.

Jika uang khas tidak mencukupi , koordinator membuka donasi dana khusus. Biodata yang akan dibantu itu diinformasikan melalui  media sosial, seperti  Face Book, WhatApp. Bagi mereka yang tersentuh hatinya untuk membantu, bisa mengirimkan uangnya via rekning.

 “Kami juga melakukan open donasi apabila dana tidak cukup” kata Linda.

Bantuan yang sudah disarahkan itu, lanjut Linda, laporannya juga diumumkan melalui media sosial tersebut.

“Kita kan ada grup, nanti semua laporan kita share ke group WhatApp atau melalui Facebook juga bisa,” jelasnya.

Banyaknya angota tentu banyak pula dana yang dikumpulkan. Guru SMPN 6 Kabupaten Bungo  ini sangat mengharapkan anggotanya bertambah.

“Kalau anggotanya banyak, tentu banyak pula dana yang terkumpul,” ungkapnya.

Dikatakannya, ada beberapa daerah di Indonesia yang telah membentuk komunitas sedekah harian yang anggotanya para kaum hawa ini. Di Kabupaten Bungo-Jambi, komunitas S3 dibentuk pada  Oktober 2016.

Di Bungo, kata dia, koordinator pertama yaitu Mbak Tina. Waktu itu, anggotanya baru 3 orang. Kemudian pada Bulan Desember 2016, Mbak Tina mengundurkan diri. Tongkat estepet kepemimpinan komunitas itu diamanahkan kepada Linda Yandriani.

Seiring waktu, anggotanya bertambah sebanyak 17 orang. Kemudian semakin bertambah setiap bulannya. Sekarang anggota sudah mencapai lebih kurang 100 orang.

“Dengan banyaknya anggota, banyak pula yang bisa kita bantu,” katanya.

S3 adalah  sebuah komunitas kecil yang fokus di bidang sedekah, bukan LSM, bukan partai dan bukan pula Ormas. Namun sekumpulan masyarakat kecil yang ingin peduli kepada kaum dhuafa, fakir miskin, anak yatim dan berbagi mengurangi derita mereka.

(Iwan Syofriadi)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook